-------

Selasa, 28 Juni 2011

PostHeaderIcon HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS PART 1 AND PART 2

HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS

Ni gue mau ceritain harry potter and the deathly hallows part 1 and part 2. pasti udah kagak sabar kepingin lihat filmnya kan.. udah ni baca dulu aja di sini oke.. 
                         Part 1
harry potter the deathly hallows diawali dengan Voldemort dan para Pelahap Mautnya di rumah Lucius Malfoy, yang merencanakan untuk membunuh Harry Potter sebelum ia dapat bersembunyi kembali. Meminjam tongkat sihir Lucius, Voldemort membunuh tawanannya, Profesor Charity Burbage, guru Telaah Muggle di Hogwarts, atas alasan telah mengajarkan subyek tersebut dan telah menganjurkan agar paradigma kemurnian darah penyihir diakhiri.
Harry telah siap untuk melakukan perjalanannya dan membaca obituari Albus Dumbledore; dan terungkaplah bahwa ayah Dumbledore, Percival, adalah seorang pembenci non-penyihir dan telah membunuh banyak Muggle, dan meninggal di Penjara Azkaban atas kejahatannya. Harry kemudian meyakinkan keluarga Dursley bahwa mereka harus segera meninggalkan rumah mereka untuk menghindarkan diri dari para Pelahap Maut. Keluarga Dursley kemudian pergi menyembunyikan diri dengan dikawal sepasang penyihir setelah sebelumnya Dudley melontarkan pengakuan bahwa ia peduli akan Harry.
Bersama-sama dengan anggota Orde Phoenix, Harry kemudian pergi dari rumah Dursley ke The Burrow. Dalam perjalanan itu, Hedwig, burung hantu Harry, terbunuh oleh kutukan pembunuh; George Weasley kehilangan sebelah telinganya; Mad-Eye Moody dibunuh oleh Voldemort sendiri. Belakangan, Harry mendapatkan penglihatan mengenai pelariannya; tongkat sihirnya telah bereaksi dengan tongkat sihir pinjaman Voldemort, menghancurkannya, dan ia juga kemudian mendapatkan penglihatan ketika Voldemort menanyai Ollivander si pembuat tongkat sihir, mengenai mengapa hal itu dapat terjadi.
Beberapa hari kemudian, Menteri Sihir tiba di kediaman Weasley dan memberikan warisan Dumbledore untuk mereka: Delumintaor untuk Ron (alat seperti korek api yang dapat memadamkan cahaya); buku mengenai kisah anak-anak untuk Hermione; dan untuk Harry, pedang Godric Gryffindor dan snitch pertama yang ditangkap Harry. Namun demikian, pedang tersebut ditahan, karena menurut kementerian pedang tersebut bukanlah milik Dumbledore. Ketiganya berusaha mencari tahu apa dibalik ketiga benda yang diberikan kepada mereka itu. Sehari kemudian adalah hari pernikahan Fleur Delacour dan Bill Weasley.
Setelah diberitakan bahwa Voldemort telah berhasil mengambil alih Kementerian Sihir; Harry, Ron, dan Hermione kemudian bersembunyi di Grimmauld Place nomor 12, rumah yang diwariskan Sirius Black kepada Harry. Ketiganya kemudian menyadari bahwa inisial R.A.B. pada liontin yang didapatkan Dumbledore dan Harry dalam buku keenam adalah Regulus Arcturus Black, adik Sirius. Mereka mulai mencari Horcrux yang dicuri Regulus di rumah keluarga Black itu. Dari Kreacher, mereka mengetahui bahwa ia telah membantu Regulus untuk mendampingi Voldemort menempatkan Horcrux berbentuk liontin itu di gua. Ketika Regulus merasa kecewa dengan Dumbledore, ia memerintahkan Kreacher untuk kembali ke gua dan menukar liontin dengan yang pals.u. Regulus terbunuh dalam proses itu. Pada akhirnya, mereka bertiga menyadari bahwa Mundungus Fletcher telah mencuri liontin tersebut dan memberikannya kepada Dolores Umbridge.
Setelah selama satu bulan memata-matai Kementerian Sihir, ketiganya berhasil mengambil Horcrux dari Umbridge. Dalam prosesnya, tempat persembunyian mereka diketahui dan terpaksa melarikan diri ke daerah terpencil, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan tidak dapat lama tinggal di suatu tempat.
Dalam waktu beberapa bulan berpindah-pindah, mereka mendengar bahwa pedang Godric Gryffindor sebenarnya adalah pals.u, dan ada yang melakukan sesuatu terhadap pedang aslinya. Dari Phineas Black, Harry mendapatkan bahwa pedang itu terakhir kali digunakan Dumbledore untuk menghancurkan salah satu Horcrux, Cincin Gaunt. Ron kemudian berselisih paham dengan Harry, dan pergi meninggalkan Harry dan Hermione. Harry dan Hermione kemudian pergi ke Godric’s Hollow untuk mencari tahu apakah Dumbledore telah meninggalkan pedang itu di sana.
Di Godric’s Hollow, keduanya mengunjungi tempat pemakaman keluarga di mana keluarga Potter dan Dumbledore dikuburkan. Di Godric’s Holow, mereka juga menemui Bathilda Bagshot, seorang kawan lama Dumbledore yang mengarang buku Sejarah Sihir. Di rumah Bagshot mereka menemukan gambar penyihir hitam Grindelwald, sanak Bagshot, yang pada masa lalu adalah kawan masa kecil Albus Dumbledore. Namun demikian, ternyata mereka terperangkap, karena “Bagshot” itu merupakan penjelmaan ular Voldemort, Nagini. Mereka berhasil melarikan diri dari Voldemort, tetapi tongkat sihir Harry hancur dalam kejadian itu.
Dalam pelarian mereka, Harry akhirnya menemukan bahwa pedang Godric Gryffindor tersembunyi di sebuah kolam beku di tengah sebuah hutan. Ia menyelam ke dalamnya dan mendapati pedang dan kalung liontin Horcrux Voldemort. Kalung itu mencoba mencekik Harry dan hampir menenggelamkannya hingga mati kalau tidak ditolong oleh Ron yang kembali. Keduanya menghancurkan Horcrux dengan pedang itu.
Ketiganya kemudian berbicara kepada Xenophilius Lovegood, ayah Luna Lovegood, dan menanyakan kepada mereka mengenai lambang Grindelwald yang telah berkali-kali muncul selama perjalanan mereka. Di rumah Lovegood, Harry, Ron, dan Hermione mendapatkan kisah penyihir kuno mengenai tiga bersaudara yang mengalahkan kematian, dan masing-masing mendapatkan benda sihir sebagai hasilnya - tongkat sihir yang tak terkalahkan (Elder Wand—tongkat sihir tetua), batu sihir yang dapat menghidupkan kembali yang telah mati (Resurrection Stone—batu kebangkitan), dan Jubah Gaib (jubah tembus pandang) yang tidak lekang oleh waktu. Harry menyadari bahwa jubah yang dimilikinya adalah adalah Jubah Gaib, dan segera menemukan bahwa Lovegood telah berkhianat dan menyerahkan mereka ke Kementerian. Luna, putrinya, telah ditawan dan Xenophilius berpikir untuk menyerahkan Harry Potter sebagai ganti tawanan. Ketiganya meloloskan diri dan berpikir untuk mengumpulkan ketiga benda sihir Deathly Hallows, untuk mengalahkan Voldemort.
Harry, Ron, dan Hermione kemudian tertangkap dan dibawa ke rumah Malfoy. Di sana, Hermione disiksa dan diinterogasi oleh Bellatrix Lestrange untuk mengetahui bagaimana mereka memperoleh pedang Godric Gryffindor, karena ia berpikir bahwa mereka telah mencurinya dari lemari besinya di Gringotts. Di bawah tanah, Harry dan Ron dipenjarakan bersama-sama dengan Dean Thomas, goblin Griphook, pembuat tongkat sihir Ollivander, dan Luna Lovegood. Harry berusaha mencari pertolongan dan Dobby muncul untuk menyelamatkannya. Dalam usaha meloloskan diri, mereka dihadang Wormtail yang kemudian terbunuh karena tercekik oleh tangan perak Wormtail yang dibuat Voldemort tanpa berhasil ditolong oleh Ron dan Harry. Mereka berdua kemudian menolong Hermione dengan bantuan Dobby, yang tewas dibunuh oleh Bellatrix.
                              Part 2
Harry dan kedua sahabatnya kemudian berusaha mencari rencana baru. Ia menanyai Ollivander mengenai Elder Wand dan mendapati bahwa pemilik terakhirnya adalah Dumbledore. Ia berusaha untuk mencegah Voldemort mengambilnya dari makam Dumbledore. Dibantu Griphook, Hermione menyamar sebagai Bellatrix Lestrange dan bersama-sama Harry dan Ron memasuki lemari besi Bellatrix di Bank Gingrott’s. Di sana mereka menemukan satu lagi Horcrux, piala Hufflepuff. Griphook kemudian mengkhianati mereka dan melarikan diri dan mencuri pedang Godric Gryffindor. Harry, Ron, dan Hermione berhasil melarikan diri, tetapi Voldemort menyadari bahwa mereka mencari Horcrux-Horcruxnya.
Harry mendapatkan penglihatan segera setelah pelarian mereka; ia dapat melihat melalui mata Voldemort dan mengetahui pikirannya. Voldemort telah mendatangi tempat-tempat Horcurxnya disembunyikan dan mengetahui bahwa mereka telah lenyap dan hancur. Secara ceroboh, Voldemort mengungkapkan bahwa Horcrux terakhir berada di Hogwarts. Ketiganya segera pergi ke Hogsmeade untuk mencari jalan masuk ke sekolah Hogwarts. Di Hogsmeade, mereka disudutkan oleh para Pelahap Maut dan diselamatkan oleh Aberforth Dumbledore. Aberforth membuka jalan terowongan ke Hogwarts di mana mereka disambut oleh Neville Longbottom. Setelah menyelamatkan jiwa Draco Malfoy, Harry menemukan Mahkota Ravenclaw tersembunyi di Kamar Kebutuhan dan benda itu dihancurkan.
Di Shrieking Shack, mereka mendapati Voldemort membunuh Severus Snape dengan tujuan untuk mentransfer kekuatan Elder Wand kepada dirinya sendiri. Dalam sekaratnya, Snape memberikan memorinya kepada Harry. Dari memori itu terungkap bahwa Snape berada di sisi Dumbledore, didorong dengan cinta seumur hidupnya kepada Lily Potter. Snape telah diminta Dumbledore untuk membunuh dirinya jika situasinya mengharuskan demikian; karena bagaimanapun juga hidupnya tidak akan lama lagi akibat kutukan yang terdapat di Horcrux Cincin Gaunt.
Selanjutnya, terungkap pula bahwa Harry adalah Horcrux terakhir Voldemort, dan ia harus mati juga sebelum Voldemort dapat dibunuh. Pasrah akan nasibnya, Harry mengorbankan diri dan Voldemort melancarkan kutukan untuk membunuhnya. Tapi alih-alih membunuh Harry, kutukan itu malah menghancurkan bagian dari jiwa Voldemort yang terdapat di tubuhnya. Pada akhirnya, setelah Nagini dibunuh oleh Neville, Voldemort kemudian terbunuh setelah mencoba menggunakan Kutukan pembunuh Avada Kadavra terhadap Harry. Kutukan itu berbalik menyerang Voldemort sendiri oleh Elder Wand.
Dalam kisah di akhir buku, pada tahun 2017, 19 tahun setelah Pertempuran di Hogwarts, Harry dan Ginny Weasley telah memiliki tiga anak bernama James, Albus Severus, dan Lily. Neville Longbottom telah menjadi guru Herbologi di Hogwarts. Ron dan Hermione telah memiliki dua anak bernama Rose dan Hugo. Draco Malfoy memiliki anak bernama Scorpius. Mereka seluruhnya bertemu di stasius kereta api King’s Cross, untuk mengantar anak-anak mereka bersekolah ke Hogwarts. Di sana diungkapkan bahwa bekas luka Harry tidak pernah sakit lagi setelah kekalahan Pangeran Kegelapan.


TAMAT


Selasa, 21 Juni 2011

PostHeaderIcon SULAP ADALAH SENI

SULAP SEBAGAI SENI, PROSES KREATIF, DAN SIKAP PESULAP SEBAGAI SENIMAN

SULAP (magic) merupakan suatu gabungan dari berbagai seni yang ada, misalnya seni tari, seni musik, seni rupa, dll dan merupakan penerapan dari gabungan berbagai disiplin ilmu yang ada. Misalnya ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu kimia, ilmu psikologi, dan lain-lain. Seni Sulap bukanlah suatu keterampilan yang berbau klenik atau supranatural, karena setiap trik sulap dapat dijelaskan. Sulap semata-mata hanyalah permainan "kelihaian" tangan, manipulasi, hasil kerja dari suatu perlengkapan/ peralatan ataupun efek yang timbul dari suatu reaksi kimia dan yang telah dilatih sebaik mungkin oleh seorang pesulap sebelum dipertunjukkan kepada orang lain. Oleh sebab itu sulap dapat dipelajari oleh semua orang, asalkan orang tersebut mau berlatih pula dengan baik.

PESULAP (magician) adalah salah satu profesi dalam bidang seni pertunjukan (entertainment) yang menghibur penontonnya dengan berakting sebagai orang yang dapat menampilkan keajaiban dengan triknya. Jadi satu-satunya poin estetika dalam seni magic adalah ketika sang magician dapat membuat sang penonton terkagum-kagum dengan keajaiban (yang ceritanya) dibuat oleh sang magician. Yeah, magician menghibur orang dengan misteri. Lalu kalau misteri itu sudah tidak menjadi misteri lagi, apa yang akan terjadi ? Yup, magician hanya akan terlihat seperti manusia biasa tanpa keajaiban apa-apa. Karena magician, sekali lagi, adalah orang yang berakting sebagai manusia yang dapat menimbulkan (bukan menciptakan lho) keajaiban. Jadi, mereka memang hanya berakting.

SENI dalam segala perwujudannya merupakan (salah satu) ekspresi proses kebudayaan manusia, sekaligus pencerminan dari peradaban suatu masyarakat atau bangsa pada suatu kurun waktu tertentu. Di lain pihak, kebudayaan tidak hanya berciri fungsional untuk melangsungkan hidup, tapi sekaligus juga proses pemerdekaan diri: membuat orang jadi lebih manusiawi.

Oleh karena itu, memperluas wawasan tentang (ke)seni(an) merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi pesulap sebagai salah satu praktisi seni atau pekerja seni. Selain untuk mendekatkan diri dengan masalah-masalah seputar seni, juga untuk menghilangkan pandangan dan pretensi negatif yang menganggap sulap dan pesulap tidak lebih sebagai penipu publik yang membohongi penontonnya dengan aksi-aksinya. Sulap sebagai karya seni, bagaimanapun, merupakan bagian langsung dari kehidupan manusia yang sama penting dengan aspek-aspek kehidupan lainnya. Sesuatu yang positif dan bermanfaat, bukannya sesuatu yang negatif dan merugikan.

REALITAS SENI

Memberi batasan tentang pengertian seni secara baku dan pasti memang merupakan hal yang sangat sulit, seperti halnya kita mencoba memberi pengertian tentang cinta. Ini karena seni, sebagai bagian dari kebudayaan manusia, berjalin berkelindan dengan seluruh segi kehidupan manusia yang sangat luas, rumit, dan kompleks. Seni sangat berbeda dengan ilmu pengetahuan yang bekerja secara pasti untuk mendapatkan hasil yang obyektif dan dapat diukur. Karena seni tidak hanya berupa hasil akal fikiran, tetapi menyentuh dan melibatkan perasaan (hati) yang subyektif.

Hans Küng dalam bukunya Art and the Question of Meaning (1981) mengungkapkan kesulitan yang harus dihadapinya, yaitu bahwa tidak ada lagi definisi mengenai seni yang diakui secara umum kecuali definisi mengenai agama dan filsafat. Menurut Küng, pada abad XX (tentu saja hingga abad XXI ini -pen) secara khusus ditandai oleh bermacam-macam percobaan terus-menerus untuk menemukan definisi baru mengenai seni dan meninggalkan ide-ide sebelumnya. Karena itulah, Küng menyarankan pembicaraan mengenai seni tidak dimulai dengan definisi tentang seni melainkan dengan realitas seni, dengan pengetahuan bahwa seni itu ada, apa pun bentuk dan batasannya.

Pendapat lebih ekstrim dikemukakan oleh Joseph Beuys, seorang profesor di Dusseldorf Art Academy Jerman- sebagaimana dikutip dalam newsletter Bandung Art Forum edisi Nomor 2, Juni-Juli 2001- bahwa setiap orang adalah seniman. Joseph Beuys pun kemudian mencairkan praktek seni dengan praktek hidup sehari-hari. Sehingga seringkali aktifitas keseniannya sukar dijelaskan sebagai sebuah karya seni. Tetapi Joseph Beuys tidak perduli, bahkan ia terus menganjurkan sebuah konsep kesenian yang universal, yang memiliki dimensi luas antar disiplin keilmuan.

“Setiap orang adalah seniman, saya maksudkan bahwa siapa pun bisa memutuskan kepuasan hidupnya dalam bidang khusus, apakah dalam lukisan, musik, mesin-mesin, mengobati orang sakit, ekonomi, atau apa pun itu!” seru Beuys. Hal tersebut karena menurut Beuys lembaga budaya menghadapi dilema dalam mengatasi kenyataan bahwa kebudayaan merupakan sebuah lapangan yang terkucil, dan kesenian lebih terkucil lagi. Yakni sebuah tempat yang sangat terasing dari sebuah lapangan kebudayaan yang dikepung oleh kompleksitas budaya dan pendidikan, juga oleh media yang justru merupakan bagian dari kebudayaan tersebut.

Sikap serupa itu barangkali lahir dari tanggapan sang seniman terhadap predikat seniman yang tidak istimewa lagi di tengah-tengah perkembangan dan perubahan struktur masyarakatnya. Tidak seperti pada jaman raja-raja di masa lampau di mana terdapat tradisi menghimpun seniman di istana, juga di setiap kerajaan ada para ahli sihir dan penasehat spiritual yang ternyata mereka adalah pesulap juga. Saat itu seniman secara umum dipandang sebagai kelompok orang budiman yang mulia di sisi raja, sehingga memperoleh berbagai gelar yang disandangkan kepadanya. Seorang penyair misalnya, diberikan gelar kawiwara (penyair terkemuka), kawindra/kawiraja (raja penyair), atau kawi wiku (penyair religius), dan sebagainya. Coba lihat cerita-cerita tentang kerajaan di dunia (bahkan pada jaman Firaun di mesir pun) para raja selalu didampingi penasehat spiritual yang diceritakan dapat mempertunjukan keajaiban di hadapan Rajanya. Sementara sekarang ini, predikat seniman (termasuk pesulap) hanyalah salah satu aspek saja dalam kehidupan individual di tengah-tengah masyarakatnya. Sehingga tujuan proses penciptaannya tidak selamanya selaras dengan sikap masyarakat umumnya, apalagi dengan “raja-raja masa kini” alias pemerintah.

PROSES KREATIF

Yang penting bagi seorang seniman dalam berkarya seni adalah mengabdikan dirinya secara total pada proses kreatif yang tengah dihadapinya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ‘kreatif’ diartikan: (1) memiliki daya cipta; (2) memiliki kemampuan untuk menciptakan. Jadi, proses kreatif adalah proses mencipta sesuatu.

Proses penciptaan disebut juga proses kreatif, yaitu rangkaian kegiatan seorang seniman dalam menciptakan dan melahirkan karya-karya seninya sebagai ungkapan gagasan dan keinginannya. Proses penciptaan ini tidak terjadi dan diturunkan dari ruang kosong. Tapi pada hakikatnya hanyalah usaha memodifikasi (mengubah/menyesuaikan) sesuatu yang telah ada sebelumnya. Misalnya, seorang pelukis membuat sebuah lukisan karena sebelumnya telah ada pelukis lain dan karya lukisan lainnya. Di situlah seniman berupaya dengan keras menampilkan sesuatu yang lain dari apa yang sudah ada, sehingga melahirkan suatu realitas baru yang kemudian diakui sebagai hasil ciptaannya.

Kemampuan “mencipta” (sesungguhnya hanya milik Tuhan!) inilah yang menjadikan manusia sebagai mahluk yang berkebudayaan. Yaitu yang memiliki kesadaran untuk mengembangkan kebiasaan hidup, saling berhubungan satu sama lain, dan mampu menyimpan pengalaman atau pengetahuannya sehingga dapat diketahui dan dialami oleh generasi-generasi berikutnya. Termasuk juga pengalaman estetiknya yang dijelmakan dalam (ke)seni(an).

Kemampuan kreatif atau mencipta tersebut sesungguhnya bukanlah sesuatu yang istimewa. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki tiga kemampuan utama, yaitu kemampuan fisik, kemampuan rasio atau akal, dan kemampuan kreatif. Hanya perimbangannnya saja yang berbeda-beda antara orang per orang.

Tiga kemampuan utama tersebut membentuk kemampuan-kemampuan lainnya yaitu kemampuan gerak, perasaan, dan imajinasi, di mana satu sama lain saling menjelmakan suatu kebulatan yang utuh. Integrasi atau penyatuan yang serasi dari seluruh kemampuan tersebut berpuncak atau menghasilkan apa yang dinamakan intuisi (penghayatan sedalam-dalamnya). Jika salah satu kemampuan diabaikan tentu saja akan menurunkan mutu intuisi seseorang. Padahal intuisi juga sekaligus menjadi dasar bagi pembangkitan energi kreatif yang menghindarkan manusia terjerembab menjadi robot atau zombie (mayat hidup).

Perkara intuisi inilah yang kerapkali begitu besar dimiliki seorang seniman. Seorang seniman karena kepekaan intuitifnya seringkali berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai arti hidup dan realitas kehidupan secara keseluruhan dengan antitesis yang radikal. Sehingga sebagai mahluk historis, seniman senantiasa terus-menerus memulai dan memulai lagi penciptaan. Ia tidak akan memuja-muja masa lampau, tradisi tidak akan menjadi Allah-nya. Ia juga tidak akan memuja-muja masa depan, futurisisme tidak akan menjadi Allah-nya. Bahkan ia pun tidak akan memuja-muja masa sekarang, kejadian masa kini tidak akan menjadi Allah-nya.

Dengan kata lain, seniman senantiasa melakukan pembaharuan terus-menerus, tak kunjung henti. Bahkan di tengah-tengah hidup dan kehidupan yang ditelikung nihilisme atau ketanpaartian yang melemparkan manusia ke dalam jurang-jurang pengasingan dan kesia-siaan. Seniman adalah Sisyphus yang terus mendorong batu ke atas bukit walau tahu sesampainya di puncak bakal jatuh terguling. Atau dalam kata-kata Theodor W. Adorno sebagaimana dikutip Herman Tjahja dalam majalah kebudayaan Basis edisi September 1986, “Dalam masa ketanpaartian, karya seni dapat melambangkan ‘ketanpaartian’ dengan sangat tepat secara estetis. Maka, karya seni merupakan ekspresi penuh arti dalam dirinya sendiri tentang ketanpaartian yang ada secara nyata.”

SIKAP KRITIS

Jelaslah kini, pesulap sebagai seniman bicara dengan (ke)seni(an)nya. Ia senantiasa tergoda untuk berkarya dan berkarya. Bukannya tergoda oleh tepuk-tangan massa atau oleh daya tarik kekuasaan. Ia bergulat mengolah dan bermain-main dengan gagasan. Bahkan tidak pernah merasa puas dan terus mempersoalkan karyanya sendiri. Ia juga berlaku kritis terhadap dirinya sendiri, sehingga tidak menganggap penting dirinya karena yang ia pertaruhkan adalah karyanya. Musuh besarnya bukanlah orang lain, tapi sikap mediocrity (kecukupanan) dan sikap utilitarian (kegunaan) yang mengepung dirinya maupun masyarakatnya.

Sikap kritis terhadap dirinya sendiri dan karya (ke)seni(an)nya itulah yang akan mampu terus menyalakan energi kreatifnya dalam proses penciptaan. Sehingga karya-karyanya menjelma menjadi “peristiwa” yang menimbulkan kelepak riak sekecil apa pun, yang menggugat ketenangan hidup yang mapan semu, yang mengganggu dan menggugah tidurnya kesadaran orang untuk berpikir secara baru dan lain.

Dengan imajinasi seniman, kekuatannya yang kreatif, keberanian dan integritasnya, melalui kode, tanda dan simbol, warna dan bentuk dalam karya-karyanya, akan memberikan arti baru kepada hidup dan oleh karena itu lebih menghasilkan energi hidup, lebih menguntungkan bagi hidup, dan lebih menggembirakan dalam hidup yang manusiawi dengan mengangkat hasrat manusia akan keadilan, kemerdekaan, kebebasan, kebenaran, dan kebahagiaan. Dalam bahasa iklannya: bikin hidup lebih hidup !..
Selasa, 14 Juni 2011
HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS

Ni gue mau ceritain harry potter and the deathly hallows part 1 and part 2. pasti udah kagak sabar kepingin lihat filmnya kan.. udah ni baca dulu aja di sini oke.. 
                         Part 1
harry potter the deathly hallows diawali dengan Voldemort dan para Pelahap Mautnya di rumah Lucius Malfoy, yang merencanakan untuk membunuh Harry Potter sebelum ia dapat bersembunyi kembali. Meminjam tongkat sihir Lucius, Voldemort membunuh tawanannya, Profesor Charity Burbage, guru Telaah Muggle di Hogwarts, atas alasan telah mengajarkan subyek tersebut dan telah menganjurkan agar paradigma kemurnian darah penyihir diakhiri.
Harry telah siap untuk melakukan perjalanannya dan membaca obituari Albus Dumbledore; dan terungkaplah bahwa ayah Dumbledore, Percival, adalah seorang pembenci non-penyihir dan telah membunuh banyak Muggle, dan meninggal di Penjara Azkaban atas kejahatannya. Harry kemudian meyakinkan keluarga Dursley bahwa mereka harus segera meninggalkan rumah mereka untuk menghindarkan diri dari para Pelahap Maut. Keluarga Dursley kemudian pergi menyembunyikan diri dengan dikawal sepasang penyihir setelah sebelumnya Dudley melontarkan pengakuan bahwa ia peduli akan Harry.
Bersama-sama dengan anggota Orde Phoenix, Harry kemudian pergi dari rumah Dursley ke The Burrow. Dalam perjalanan itu, Hedwig, burung hantu Harry, terbunuh oleh kutukan pembunuh; George Weasley kehilangan sebelah telinganya; Mad-Eye Moody dibunuh oleh Voldemort sendiri. Belakangan, Harry mendapatkan penglihatan mengenai pelariannya; tongkat sihirnya telah bereaksi dengan tongkat sihir pinjaman Voldemort, menghancurkannya, dan ia juga kemudian mendapatkan penglihatan ketika Voldemort menanyai Ollivander si pembuat tongkat sihir, mengenai mengapa hal itu dapat terjadi.
Beberapa hari kemudian, Menteri Sihir tiba di kediaman Weasley dan memberikan warisan Dumbledore untuk mereka: Delumintaor untuk Ron (alat seperti korek api yang dapat memadamkan cahaya); buku mengenai kisah anak-anak untuk Hermione; dan untuk Harry, pedang Godric Gryffindor dan snitch pertama yang ditangkap Harry. Namun demikian, pedang tersebut ditahan, karena menurut kementerian pedang tersebut bukanlah milik Dumbledore. Ketiganya berusaha mencari tahu apa dibalik ketiga benda yang diberikan kepada mereka itu. Sehari kemudian adalah hari pernikahan Fleur Delacour dan Bill Weasley.
Setelah diberitakan bahwa Voldemort telah berhasil mengambil alih Kementerian Sihir; Harry, Ron, dan Hermione kemudian bersembunyi di Grimmauld Place nomor 12, rumah yang diwariskan Sirius Black kepada Harry. Ketiganya kemudian menyadari bahwa inisial R.A.B. pada liontin yang didapatkan Dumbledore dan Harry dalam buku keenam adalah Regulus Arcturus Black, adik Sirius. Mereka mulai mencari Horcrux yang dicuri Regulus di rumah keluarga Black itu. Dari Kreacher, mereka mengetahui bahwa ia telah membantu Regulus untuk mendampingi Voldemort menempatkan Horcrux berbentuk liontin itu di gua. Ketika Regulus merasa kecewa dengan Dumbledore, ia memerintahkan Kreacher untuk kembali ke gua dan menukar liontin dengan yang pals.u. Regulus terbunuh dalam proses itu. Pada akhirnya, mereka bertiga menyadari bahwa Mundungus Fletcher telah mencuri liontin tersebut dan memberikannya kepada Dolores Umbridge.
Setelah selama satu bulan memata-matai Kementerian Sihir, ketiganya berhasil mengambil Horcrux dari Umbridge. Dalam prosesnya, tempat persembunyian mereka diketahui dan terpaksa melarikan diri ke daerah terpencil, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan tidak dapat lama tinggal di suatu tempat.
Dalam waktu beberapa bulan berpindah-pindah, mereka mendengar bahwa pedang Godric Gryffindor sebenarnya adalah pals.u, dan ada yang melakukan sesuatu terhadap pedang aslinya. Dari Phineas Black, Harry mendapatkan bahwa pedang itu terakhir kali digunakan Dumbledore untuk menghancurkan salah satu Horcrux, Cincin Gaunt. Ron kemudian berselisih paham dengan Harry, dan pergi meninggalkan Harry dan Hermione. Harry dan Hermione kemudian pergi ke Godric’s Hollow untuk mencari tahu apakah Dumbledore telah meninggalkan pedang itu di sana.
Di Godric’s Hollow, keduanya mengunjungi tempat pemakaman keluarga di mana keluarga Potter dan Dumbledore dikuburkan. Di Godric’s Holow, mereka juga menemui Bathilda Bagshot, seorang kawan lama Dumbledore yang mengarang buku Sejarah Sihir. Di rumah Bagshot mereka menemukan gambar penyihir hitam Grindelwald, sanak Bagshot, yang pada masa lalu adalah kawan masa kecil Albus Dumbledore. Namun demikian, ternyata mereka terperangkap, karena “Bagshot” itu merupakan penjelmaan ular Voldemort, Nagini. Mereka berhasil melarikan diri dari Voldemort, tetapi tongkat sihir Harry hancur dalam kejadian itu.
Dalam pelarian mereka, Harry akhirnya menemukan bahwa pedang Godric Gryffindor tersembunyi di sebuah kolam beku di tengah sebuah hutan. Ia menyelam ke dalamnya dan mendapati pedang dan kalung liontin Horcrux Voldemort. Kalung itu mencoba mencekik Harry dan hampir menenggelamkannya hingga mati kalau tidak ditolong oleh Ron yang kembali. Keduanya menghancurkan Horcrux dengan pedang itu.
Ketiganya kemudian berbicara kepada Xenophilius Lovegood, ayah Luna Lovegood, dan menanyakan kepada mereka mengenai lambang Grindelwald yang telah berkali-kali muncul selama perjalanan mereka. Di rumah Lovegood, Harry, Ron, dan Hermione mendapatkan kisah penyihir kuno mengenai tiga bersaudara yang mengalahkan kematian, dan masing-masing mendapatkan benda sihir sebagai hasilnya - tongkat sihir yang tak terkalahkan (Elder Wand—tongkat sihir tetua), batu sihir yang dapat menghidupkan kembali yang telah mati (Resurrection Stone—batu kebangkitan), dan Jubah Gaib (jubah tembus pandang) yang tidak lekang oleh waktu. Harry menyadari bahwa jubah yang dimilikinya adalah adalah Jubah Gaib, dan segera menemukan bahwa Lovegood telah berkhianat dan menyerahkan mereka ke Kementerian. Luna, putrinya, telah ditawan dan Xenophilius berpikir untuk menyerahkan Harry Potter sebagai ganti tawanan. Ketiganya meloloskan diri dan berpikir untuk mengumpulkan ketiga benda sihir Deathly Hallows, untuk mengalahkan Voldemort.
Harry, Ron, dan Hermione kemudian tertangkap dan dibawa ke rumah Malfoy. Di sana, Hermione disiksa dan diinterogasi oleh Bellatrix Lestrange untuk mengetahui bagaimana mereka memperoleh pedang Godric Gryffindor, karena ia berpikir bahwa mereka telah mencurinya dari lemari besinya di Gringotts. Di bawah tanah, Harry dan Ron dipenjarakan bersama-sama dengan Dean Thomas, goblin Griphook, pembuat tongkat sihir Ollivander, dan Luna Lovegood. Harry berusaha mencari pertolongan dan Dobby muncul untuk menyelamatkannya. Dalam usaha meloloskan diri, mereka dihadang Wormtail yang kemudian terbunuh karena tercekik oleh tangan perak Wormtail yang dibuat Voldemort tanpa berhasil ditolong oleh Ron dan Harry. Mereka berdua kemudian menolong Hermione dengan bantuan Dobby, yang tewas dibunuh oleh Bellatrix.
                              Part 2
Harry dan kedua sahabatnya kemudian berusaha mencari rencana baru. Ia menanyai Ollivander mengenai Elder Wand dan mendapati bahwa pemilik terakhirnya adalah Dumbledore. Ia berusaha untuk mencegah Voldemort mengambilnya dari makam Dumbledore. Dibantu Griphook, Hermione menyamar sebagai Bellatrix Lestrange dan bersama-sama Harry dan Ron memasuki lemari besi Bellatrix di Bank Gingrott’s. Di sana mereka menemukan satu lagi Horcrux, piala Hufflepuff. Griphook kemudian mengkhianati mereka dan melarikan diri dan mencuri pedang Godric Gryffindor. Harry, Ron, dan Hermione berhasil melarikan diri, tetapi Voldemort menyadari bahwa mereka mencari Horcrux-Horcruxnya.
Harry mendapatkan penglihatan segera setelah pelarian mereka; ia dapat melihat melalui mata Voldemort dan mengetahui pikirannya. Voldemort telah mendatangi tempat-tempat Horcurxnya disembunyikan dan mengetahui bahwa mereka telah lenyap dan hancur. Secara ceroboh, Voldemort mengungkapkan bahwa Horcrux terakhir berada di Hogwarts. Ketiganya segera pergi ke Hogsmeade untuk mencari jalan masuk ke sekolah Hogwarts. Di Hogsmeade, mereka disudutkan oleh para Pelahap Maut dan diselamatkan oleh Aberforth Dumbledore. Aberforth membuka jalan terowongan ke Hogwarts di mana mereka disambut oleh Neville Longbottom. Setelah menyelamatkan jiwa Draco Malfoy, Harry menemukan Mahkota Ravenclaw tersembunyi di Kamar Kebutuhan dan benda itu dihancurkan.
Di Shrieking Shack, mereka mendapati Voldemort membunuh Severus Snape dengan tujuan untuk mentransfer kekuatan Elder Wand kepada dirinya sendiri. Dalam sekaratnya, Snape memberikan memorinya kepada Harry. Dari memori itu terungkap bahwa Snape berada di sisi Dumbledore, didorong dengan cinta seumur hidupnya kepada Lily Potter. Snape telah diminta Dumbledore untuk membunuh dirinya jika situasinya mengharuskan demikian; karena bagaimanapun juga hidupnya tidak akan lama lagi akibat kutukan yang terdapat di Horcrux Cincin Gaunt.
Selanjutnya, terungkap pula bahwa Harry adalah Horcrux terakhir Voldemort, dan ia harus mati juga sebelum Voldemort dapat dibunuh. Pasrah akan nasibnya, Harry mengorbankan diri dan Voldemort melancarkan kutukan untuk membunuhnya. Tapi alih-alih membunuh Harry, kutukan itu malah menghancurkan bagian dari jiwa Voldemort yang terdapat di tubuhnya. Pada akhirnya, setelah Nagini dibunuh oleh Neville, Voldemort kemudian terbunuh setelah mencoba menggunakan Kutukan pembunuh Avada Kadavra terhadap Harry. Kutukan itu berbalik menyerang Voldemort sendiri oleh Elder Wand.
Dalam kisah di akhir buku, pada tahun 2017, 19 tahun setelah Pertempuran di Hogwarts, Harry dan Ginny Weasley telah memiliki tiga anak bernama James, Albus Severus, dan Lily. Neville Longbottom telah menjadi guru Herbologi di Hogwarts. Ron dan Hermione telah memiliki dua anak bernama Rose dan Hugo. Draco Malfoy memiliki anak bernama Scorpius. Mereka seluruhnya bertemu di stasius kereta api King’s Cross, untuk mengantar anak-anak mereka bersekolah ke Hogwarts. Di sana diungkapkan bahwa bekas luka Harry tidak pernah sakit lagi setelah kekalahan Pangeran Kegelapan.


TAMAT


Diposting oleh nanank
Selasa, 21 Juni 2011 di 00.58 | 0 komentar  
SULAP SEBAGAI SENI, PROSES KREATIF, DAN SIKAP PESULAP SEBAGAI SENIMAN

SULAP (magic) merupakan suatu gabungan dari berbagai seni yang ada, misalnya seni tari, seni musik, seni rupa, dll dan merupakan penerapan dari gabungan berbagai disiplin ilmu yang ada. Misalnya ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu kimia, ilmu psikologi, dan lain-lain. Seni Sulap bukanlah suatu keterampilan yang berbau klenik atau supranatural, karena setiap trik sulap dapat dijelaskan. Sulap semata-mata hanyalah permainan "kelihaian" tangan, manipulasi, hasil kerja dari suatu perlengkapan/ peralatan ataupun efek yang timbul dari suatu reaksi kimia dan yang telah dilatih sebaik mungkin oleh seorang pesulap sebelum dipertunjukkan kepada orang lain. Oleh sebab itu sulap dapat dipelajari oleh semua orang, asalkan orang tersebut mau berlatih pula dengan baik.

PESULAP (magician) adalah salah satu profesi dalam bidang seni pertunjukan (entertainment) yang menghibur penontonnya dengan berakting sebagai orang yang dapat menampilkan keajaiban dengan triknya. Jadi satu-satunya poin estetika dalam seni magic adalah ketika sang magician dapat membuat sang penonton terkagum-kagum dengan keajaiban (yang ceritanya) dibuat oleh sang magician. Yeah, magician menghibur orang dengan misteri. Lalu kalau misteri itu sudah tidak menjadi misteri lagi, apa yang akan terjadi ? Yup, magician hanya akan terlihat seperti manusia biasa tanpa keajaiban apa-apa. Karena magician, sekali lagi, adalah orang yang berakting sebagai manusia yang dapat menimbulkan (bukan menciptakan lho) keajaiban. Jadi, mereka memang hanya berakting.

SENI dalam segala perwujudannya merupakan (salah satu) ekspresi proses kebudayaan manusia, sekaligus pencerminan dari peradaban suatu masyarakat atau bangsa pada suatu kurun waktu tertentu. Di lain pihak, kebudayaan tidak hanya berciri fungsional untuk melangsungkan hidup, tapi sekaligus juga proses pemerdekaan diri: membuat orang jadi lebih manusiawi.

Oleh karena itu, memperluas wawasan tentang (ke)seni(an) merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi pesulap sebagai salah satu praktisi seni atau pekerja seni. Selain untuk mendekatkan diri dengan masalah-masalah seputar seni, juga untuk menghilangkan pandangan dan pretensi negatif yang menganggap sulap dan pesulap tidak lebih sebagai penipu publik yang membohongi penontonnya dengan aksi-aksinya. Sulap sebagai karya seni, bagaimanapun, merupakan bagian langsung dari kehidupan manusia yang sama penting dengan aspek-aspek kehidupan lainnya. Sesuatu yang positif dan bermanfaat, bukannya sesuatu yang negatif dan merugikan.

REALITAS SENI

Memberi batasan tentang pengertian seni secara baku dan pasti memang merupakan hal yang sangat sulit, seperti halnya kita mencoba memberi pengertian tentang cinta. Ini karena seni, sebagai bagian dari kebudayaan manusia, berjalin berkelindan dengan seluruh segi kehidupan manusia yang sangat luas, rumit, dan kompleks. Seni sangat berbeda dengan ilmu pengetahuan yang bekerja secara pasti untuk mendapatkan hasil yang obyektif dan dapat diukur. Karena seni tidak hanya berupa hasil akal fikiran, tetapi menyentuh dan melibatkan perasaan (hati) yang subyektif.

Hans Küng dalam bukunya Art and the Question of Meaning (1981) mengungkapkan kesulitan yang harus dihadapinya, yaitu bahwa tidak ada lagi definisi mengenai seni yang diakui secara umum kecuali definisi mengenai agama dan filsafat. Menurut Küng, pada abad XX (tentu saja hingga abad XXI ini -pen) secara khusus ditandai oleh bermacam-macam percobaan terus-menerus untuk menemukan definisi baru mengenai seni dan meninggalkan ide-ide sebelumnya. Karena itulah, Küng menyarankan pembicaraan mengenai seni tidak dimulai dengan definisi tentang seni melainkan dengan realitas seni, dengan pengetahuan bahwa seni itu ada, apa pun bentuk dan batasannya.

Pendapat lebih ekstrim dikemukakan oleh Joseph Beuys, seorang profesor di Dusseldorf Art Academy Jerman- sebagaimana dikutip dalam newsletter Bandung Art Forum edisi Nomor 2, Juni-Juli 2001- bahwa setiap orang adalah seniman. Joseph Beuys pun kemudian mencairkan praktek seni dengan praktek hidup sehari-hari. Sehingga seringkali aktifitas keseniannya sukar dijelaskan sebagai sebuah karya seni. Tetapi Joseph Beuys tidak perduli, bahkan ia terus menganjurkan sebuah konsep kesenian yang universal, yang memiliki dimensi luas antar disiplin keilmuan.

“Setiap orang adalah seniman, saya maksudkan bahwa siapa pun bisa memutuskan kepuasan hidupnya dalam bidang khusus, apakah dalam lukisan, musik, mesin-mesin, mengobati orang sakit, ekonomi, atau apa pun itu!” seru Beuys. Hal tersebut karena menurut Beuys lembaga budaya menghadapi dilema dalam mengatasi kenyataan bahwa kebudayaan merupakan sebuah lapangan yang terkucil, dan kesenian lebih terkucil lagi. Yakni sebuah tempat yang sangat terasing dari sebuah lapangan kebudayaan yang dikepung oleh kompleksitas budaya dan pendidikan, juga oleh media yang justru merupakan bagian dari kebudayaan tersebut.

Sikap serupa itu barangkali lahir dari tanggapan sang seniman terhadap predikat seniman yang tidak istimewa lagi di tengah-tengah perkembangan dan perubahan struktur masyarakatnya. Tidak seperti pada jaman raja-raja di masa lampau di mana terdapat tradisi menghimpun seniman di istana, juga di setiap kerajaan ada para ahli sihir dan penasehat spiritual yang ternyata mereka adalah pesulap juga. Saat itu seniman secara umum dipandang sebagai kelompok orang budiman yang mulia di sisi raja, sehingga memperoleh berbagai gelar yang disandangkan kepadanya. Seorang penyair misalnya, diberikan gelar kawiwara (penyair terkemuka), kawindra/kawiraja (raja penyair), atau kawi wiku (penyair religius), dan sebagainya. Coba lihat cerita-cerita tentang kerajaan di dunia (bahkan pada jaman Firaun di mesir pun) para raja selalu didampingi penasehat spiritual yang diceritakan dapat mempertunjukan keajaiban di hadapan Rajanya. Sementara sekarang ini, predikat seniman (termasuk pesulap) hanyalah salah satu aspek saja dalam kehidupan individual di tengah-tengah masyarakatnya. Sehingga tujuan proses penciptaannya tidak selamanya selaras dengan sikap masyarakat umumnya, apalagi dengan “raja-raja masa kini” alias pemerintah.

PROSES KREATIF

Yang penting bagi seorang seniman dalam berkarya seni adalah mengabdikan dirinya secara total pada proses kreatif yang tengah dihadapinya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ‘kreatif’ diartikan: (1) memiliki daya cipta; (2) memiliki kemampuan untuk menciptakan. Jadi, proses kreatif adalah proses mencipta sesuatu.

Proses penciptaan disebut juga proses kreatif, yaitu rangkaian kegiatan seorang seniman dalam menciptakan dan melahirkan karya-karya seninya sebagai ungkapan gagasan dan keinginannya. Proses penciptaan ini tidak terjadi dan diturunkan dari ruang kosong. Tapi pada hakikatnya hanyalah usaha memodifikasi (mengubah/menyesuaikan) sesuatu yang telah ada sebelumnya. Misalnya, seorang pelukis membuat sebuah lukisan karena sebelumnya telah ada pelukis lain dan karya lukisan lainnya. Di situlah seniman berupaya dengan keras menampilkan sesuatu yang lain dari apa yang sudah ada, sehingga melahirkan suatu realitas baru yang kemudian diakui sebagai hasil ciptaannya.

Kemampuan “mencipta” (sesungguhnya hanya milik Tuhan!) inilah yang menjadikan manusia sebagai mahluk yang berkebudayaan. Yaitu yang memiliki kesadaran untuk mengembangkan kebiasaan hidup, saling berhubungan satu sama lain, dan mampu menyimpan pengalaman atau pengetahuannya sehingga dapat diketahui dan dialami oleh generasi-generasi berikutnya. Termasuk juga pengalaman estetiknya yang dijelmakan dalam (ke)seni(an).

Kemampuan kreatif atau mencipta tersebut sesungguhnya bukanlah sesuatu yang istimewa. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki tiga kemampuan utama, yaitu kemampuan fisik, kemampuan rasio atau akal, dan kemampuan kreatif. Hanya perimbangannnya saja yang berbeda-beda antara orang per orang.

Tiga kemampuan utama tersebut membentuk kemampuan-kemampuan lainnya yaitu kemampuan gerak, perasaan, dan imajinasi, di mana satu sama lain saling menjelmakan suatu kebulatan yang utuh. Integrasi atau penyatuan yang serasi dari seluruh kemampuan tersebut berpuncak atau menghasilkan apa yang dinamakan intuisi (penghayatan sedalam-dalamnya). Jika salah satu kemampuan diabaikan tentu saja akan menurunkan mutu intuisi seseorang. Padahal intuisi juga sekaligus menjadi dasar bagi pembangkitan energi kreatif yang menghindarkan manusia terjerembab menjadi robot atau zombie (mayat hidup).

Perkara intuisi inilah yang kerapkali begitu besar dimiliki seorang seniman. Seorang seniman karena kepekaan intuitifnya seringkali berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai arti hidup dan realitas kehidupan secara keseluruhan dengan antitesis yang radikal. Sehingga sebagai mahluk historis, seniman senantiasa terus-menerus memulai dan memulai lagi penciptaan. Ia tidak akan memuja-muja masa lampau, tradisi tidak akan menjadi Allah-nya. Ia juga tidak akan memuja-muja masa depan, futurisisme tidak akan menjadi Allah-nya. Bahkan ia pun tidak akan memuja-muja masa sekarang, kejadian masa kini tidak akan menjadi Allah-nya.

Dengan kata lain, seniman senantiasa melakukan pembaharuan terus-menerus, tak kunjung henti. Bahkan di tengah-tengah hidup dan kehidupan yang ditelikung nihilisme atau ketanpaartian yang melemparkan manusia ke dalam jurang-jurang pengasingan dan kesia-siaan. Seniman adalah Sisyphus yang terus mendorong batu ke atas bukit walau tahu sesampainya di puncak bakal jatuh terguling. Atau dalam kata-kata Theodor W. Adorno sebagaimana dikutip Herman Tjahja dalam majalah kebudayaan Basis edisi September 1986, “Dalam masa ketanpaartian, karya seni dapat melambangkan ‘ketanpaartian’ dengan sangat tepat secara estetis. Maka, karya seni merupakan ekspresi penuh arti dalam dirinya sendiri tentang ketanpaartian yang ada secara nyata.”

SIKAP KRITIS

Jelaslah kini, pesulap sebagai seniman bicara dengan (ke)seni(an)nya. Ia senantiasa tergoda untuk berkarya dan berkarya. Bukannya tergoda oleh tepuk-tangan massa atau oleh daya tarik kekuasaan. Ia bergulat mengolah dan bermain-main dengan gagasan. Bahkan tidak pernah merasa puas dan terus mempersoalkan karyanya sendiri. Ia juga berlaku kritis terhadap dirinya sendiri, sehingga tidak menganggap penting dirinya karena yang ia pertaruhkan adalah karyanya. Musuh besarnya bukanlah orang lain, tapi sikap mediocrity (kecukupanan) dan sikap utilitarian (kegunaan) yang mengepung dirinya maupun masyarakatnya.

Sikap kritis terhadap dirinya sendiri dan karya (ke)seni(an)nya itulah yang akan mampu terus menyalakan energi kreatifnya dalam proses penciptaan. Sehingga karya-karyanya menjelma menjadi “peristiwa” yang menimbulkan kelepak riak sekecil apa pun, yang menggugat ketenangan hidup yang mapan semu, yang mengganggu dan menggugah tidurnya kesadaran orang untuk berpikir secara baru dan lain.

Dengan imajinasi seniman, kekuatannya yang kreatif, keberanian dan integritasnya, melalui kode, tanda dan simbol, warna dan bentuk dalam karya-karyanya, akan memberikan arti baru kepada hidup dan oleh karena itu lebih menghasilkan energi hidup, lebih menguntungkan bagi hidup, dan lebih menggembirakan dalam hidup yang manusiawi dengan mengangkat hasrat manusia akan keadilan, kemerdekaan, kebebasan, kebenaran, dan kebahagiaan. Dalam bahasa iklannya: bikin hidup lebih hidup !..
Diposting oleh nanank
Selasa, 14 Juni 2011 di 05.10 | 0 komentar  
Diposting oleh nanank

TIME

follow

My calender

Pengikut

About Me

Foto Saya
nanank
เพื่อนเป็นบล็อกของฉัน
Lihat profil lengkapku

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

CREATIVE

Aku bukanlah orng hbat,tapi ku mau belajar dari orng-orng yg hbat Aku adlah orng yang biasa tpi ku ingin mnjadi orng yg luar biasa. Dan aku bukanlah orang yg istmewa tpi ku ingin membuat seseorang mnjdi istimewa....